Home »
PENDIDIKAN
» Intisari kitab Ta'lim Muta'allim tentang Niat dan Wara'
Niat Dalam Menuntut Ilmu
Niat menuntut ilmu haruslah salah satu dari beberapa hal berikut: 1. ikhlas
mengharap ridho Allah semata, 2. mencari kebahagiaan di alam akhirat
(masuk surga), 3. menghidupkan agama, 4. menghilangkan kebodohan pada
diri sendiri dan orang lain, dan 5. demi melestarikan islam.
Orang
yang tekun beribadah namun bodoh (maksudnya: beribadah tapi tanpa tahu
ilmunya yang benar, hanya berdasarkan dugaan dan melihat lalu mengikut
kepada orang yang juga tak dikenal kealimannya) lebih berbahaya daripada
orang alim tapi durhaka (maksudnya tidak mengamalkan ilmu yang sudah
didapatnya). Kedua macam orang ini adalah penyebab fitnah di kalangan
umat dan tidak layak dijadikan panutan.
Janganlah
pernah tebersit niat ketika menuntut ilmu itu agar dihormati
orang-orang, atau untuk mendapatkan harta benda dunia (mengharap
orang-orang hormat padanya lalu memberi hadiah padanya), atau agar
mendapat penghormatan di hadapan pejabat dna penguasa atau lainnya.
Barangsiapa
yang telah menikmati lezatnya ilmu (adalah “lezat” mengetahui sesuatu
yang sebelumnya tidak diketahui) dan nikmatnya mengamalkan ilmu, tentu
ia tidak akan tertarik dengan harta milik orang lain.
Tapi
boleh juga berniat dalam menuntut ilmu agar ia mendapatkan kedudukan di
masyarakat yang (dengan syarat) dengan kedudukan tadi kelak bisa ia
gunakan dalam rangka amar makruf nahi munkar, menjalankan kebenaran dan menegakkan agama Allah.
Para ulama haruslah menghindari hal-hal yang dapat merendahkan derajatnya (muruah). Ia harus tawadu, dan tidak tamak terhadap harta dunia.
Orang alim harus tetap berwibawa sekalipun bersikap tawadhu. Hal itu agar ilmu dan agama tidak dilecehkan oleh orang-orang. (tawadhu/tidak
bermewah-mewah boleh, tapi jangan sampai harus berpakaian atau bersikap
yang memprihatinkan hingga dihinakan orang-orang).
Wara'
Bersikaplah wara (menjaga dari hal hal yang tidak jelas halalnya).
Rasulullah
bersabda: "Barangsiapa yang tidak berlaku wara ketika belajar ilmu maka
dia akan diuji oleh Allah dengan salah satu dari tiga hal; mati muda,
tinggal bersama-sama orang yang bodoh atau diuji menjadi pelayan
pemerintah.
Termasuk sifat wara adalah menghindari rasa kenyang perut, banyak tidur, dan banyak bicara yang tidak berguna.
Jangan suka makan makanan di pasar karena sedikit berkahnya lantaran orang miskin menginginkannya namun tidak bisa membelinya.
Para ulama salaf diberi keluasan ilmu berkah dari bersikap wara.
Jauhilah menggunjing dan berkumpul dengan orang yang banyak bicara.
Orang yang banyak bicara telah mencuri umurmu dan membuang waktumu.
Termasuk
sifat wara lagi adalah: menyingkir dari orang yang suka berbuat
kerusakan dan maksiat, dari orang yang suka menganggur. Karena kita bisa
terpengaruh.
Hadaplah kiblat ketika belajar.
Jangan pernah meremehkan hal-hal adab sopan santun dan -hal yang disunnahkan.
Orang
yang terbiasa meremehkan akhlak bisa meremehkan hal-hal yang sunnah dan
itu bisa membawa kepada meremehkan hal-hal yang wajib. Sedangkan
meremehkan ibadah wajib tentu terhalang dari perkara-perkara akhirat.
Seorang santri harus memperbanyak salat dan khusyuk di dalamnya. Karena itu membantu memperoleh ilmu dan dalam belajar.
Jagalah
perintah dan larangan Allah, kerjakanlah salat, tuntutlah ilmu agama,
dan giatlah dalam memohon pertolongan melalui amalan yang baik, niscaya
kamu akan menjadi ahli ilmu agama.
Bawalah buku kemana saja untuk dipelajari. Dan catatlah apa yang kau dengar dari gurumu.
0 komentar:
Posting Komentar