Selasa, 31 Juli 2012

Tartil dalam Bembaca Al-Qur'an


Tajwid menurut bahasa berasal dari kata جود - يجود - dengan arti احسن -يحسن yang berarti bagus atau membaguskan. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Qur’an maupun bukan.

Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah makharijul huruf (tempat keluar-masuk huruf), shifatul huruf (cara pengucapan huruf),ahkamul huruf (hubungan antar huruf), ahkamul maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkamul waqaf wal ibtida’ (memulai dan menghentikan bacaan) dan al-Khat al-Utsmani.

Inilah yang dimaksud dengan membaca al-Qur’an dengan tartil sebagaimana firman-Nya yang artinya ورتل القران ترتيلا: “Bacalah al-Qur’an itu dengan tartil”. Sedangkan arti tartil menurut Ibn Katsir adalah membaca dengan perlahan-lahan dan hati-hati karena hal itu akan membantu pemahaman serta perenungan terhadap al-Qur’an.
Ilmu Tajwid bertujuan untuk memberikan tuntunan bagaimana cara pengucapan ayat yang tepat, sehingga lafal dan maknanya terpelihara. Pengetahuan tentang makhraj huruf memberikan tuntunan bagaimana cara mengeluarkan huruf dari mulut dengan benar. Pengetahuan tentang sifat huruf berguna dalam pengucapan huruf. Dalam ahkamul maddi wal qashr berguna untuk mengetahui huruf yang harus dibaca panjang dan berapa harakat panjang bacaannya. Ahkamul waqaf wal ibtida’ ialah cara untuk mengetahui dimana harus berhenti dan dari mana dimulai apabila bacaan akan dilanjutkan.

ورتل القران ترتيلا "Warattililqur aana Tartilan", itulah sepotong ayat dalam Al-qur'an yang Mulia Surah Al-Muzzammil ayat 4, yang mengingatkan kepada kita umat muslim untuk senantiasa berusaha memperjelas dan memperhatikan makharijul huruf, tajwid pada saat membaca Al-Quran yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rasul SAW melalui perantaraan Jibril A.S untuk dijadikan pegangan, haluan hidup Muslim dalam kehidupan kita Dunia dan Akhirat. Makna lainnya adalah “Agar engkau dapat memahami dan merenungkan berbagai makna dari ayat yang kau baca, maka bacalah Al Quran dengan tartil, perlahan, tidak tergesa-gesa, dan terlalu cepat. Kita dilarang membaca Al Quran terlalu cepat dan tidak tartil.”

Membaca Al Quran dengan suara merdu adalah sunnah. Suara yang merdu membantu seseorang untuk menghadirkan kekhusyukan hati dan membantunya mendengarkan Al Quran dengan baik.
Mari bergabung dengan menyatukan niat untuk senantiasa berusaha dan istiqamah membaca ayat-ayat Allah Tabaraka wa Ta'ala dengan Tartil.

Lebih dasar tentang Tartil adalah membaca Al-Qur'an sesuai keharusan ilmu tajwid sehingga bisa membedakan mana yang harus panjang/pondok, gunnah/tidak gunnah, berhenti (waqof)/lanjut (wasal), menyesuaikan keluarnya huruf hijaiyyah (makhroj huruf) dan dengan itulah sekalipun kita suara pas-pasan (apa adanya) jika membaca dengan ilmunya kedengaran enak dan berpedoman.

Merupakan satu kewajiban asas dasar Hukum belajar Tajwid untuk membaca Al-Qur'aksud lawan panjang dengan tidak dengung (بلا غنة / بدون غنة) mungkin bahasa arabnya sama aja (tidak dengung panjang) atau mesti tidak panjang ( بلا مد / بدون مد ) karena tidak ada huruf panjang (مد ) dalam bacaan huruf hijaiyah yang menyatu dengan hurup lainnya, mengukur kepada BAYAN (Jelas) dengan:

1. Bayan dalam Huruf Idhar:
Secara bahasa (لغة) kadar jelas, pertela, nampak dan bahasa yang sama tentang itu, adapun menurut istilah Ahli Tajwid; "Mengeluarkan sesuatu sesuai asal muasal tempat keluarnya hiruf hujaiyah,
Dengan kayyid (ketentuan) Bila bertemu antara haraf nun ( ن ) yang mati ( سكن )dengan salatu huruf yang enam (6), yaitu;
1). Hamzah (أ) dan Ha (هـ) keluar dari أقص الحلق (Pusat Kerongkongan)
2). Ain (ع) dan Ha Kecil (ح) keluar dari وسط الحلق (Tengah Kerongkongan)
3). Ghin (غ) dan Kho (خ) keluar dari عدن الحلق (Ujung Kerongkongan)
Kata kayyid (penjelasan) Makhorijulhuruf:
ثم لأقص الحلق همز هاء @ ثم لوسطه فعين حاء
أدنه غين خاء إلخ

Caranya:
Hamzah A, I, U (أ,إ, أ) contoh من أمن (Man Aamana) cara bancanya; jelas makhroj Nun (ن) tidak dibaca "Mang","Maan" tetapi pondok langsung "Man" dan tidak panjang ketika antara sukun Nun (ن) bertemu Hamzah (أ,إ,أ), begupun Hamzah (أ,إ,أ)harus sesuai makhrojnya أقص الحلق (Pusat Kerongkongan)yang hurufnya ada dua (2) yaitu Hamzah (أ) dan Ha (هـ) dengan tidak panjang atara keduanya. "MAN" jangan "MAAN, MAAAN, MAAAAAN dan setersnya lebih dari itu, dan tidak mempergunakan ukuran baik dengan isyarat tangan atau lainnya.

2. Idhar idgom
3. Idgom Bila Gunnah/bidun gunnah ( إدغام بلا غنة / إدغام بدون غنة )
4. Idgom Mutakoribain selain haraf gunnah
5. Idgom Mutajanisen selain haraf gunnah
6. Mim mati kedepannya selain haraf gunnah
7. Alif Lam Al-Komariyah
8. Alif Lam Asy-Syamsiyah selain hadafi haraf gunnah
9. Wakof selain ada haraf mad
10. Haraf yang selain ada isyarat untuk dipaca panjang baik posisi awal, teng

0 komentar:

Posting Komentar